Biografi Tokoh KH. Wahid Hasyim sang Mentri Agama termuda

Foto dari K.H Wahid Hasyim

KH. Abdul Wahid Hasyim lahir pada tanggal 1 Juni 1941, Jombang, Jawa Timur. Ia meninggal pada usia 38 tahun, tepatnya pada 19 April 1953 di Cimahi Jawa Barat.

Beliau merupakan Menteri Agama Indonesia pertama dan termuda di Indonesia. KH. Wahid Hasyim yang merupakan anak dari KH. Hasyim Asy'ari menikah pada usia 25 tahun dengan Solichah, putri K.H. Bisri Syansuri yang berusia 15 tahun.

Mereka dikaruniai 6 anak putra yang mana semua anaknya memperoleh pencapain yang membanggakan nama orang tua mereka sendiri-sendiri. yang juga melahirkan anak bernama Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang menjadi presiden keempat, KH. Sholahudin wahid sang aktifis HAM dan Pengasuh pondok pesantren Tebu Ireng,   Aisyah (Ketua Umum PP Muslimat NU, 1995-2000),  Umar (dokter lulusan UI), Khadijah dan Hasyim. Terlepas dari itu, mari kita lihat bagaimana perjalanan hidup beliau.

Riwayat Pendidikan KH. Wahid Hasyim

Pada usia 7 tahun, KH. Wahid Hasyim sudah khatam Alquran serta sudah mahir dalam membacanya. Beliau juga menempuh pendidikan di Madrasah Salafiyah, Pesantren Tebuireng. Kemudian pada usia 12 tahun, KH. Wahid Hasyim sudah dipercaya ayahnya untuk mengajar anak-anak seusia maupun yang usianya di bawah Wahid Hasyim saat itu.

KH. Wahid Hasyim suka membaca serta mempelajari kitab-kitab Bahasa Arab (Bidayah, Sullam al-Taufiq, Taqrib, dan Tafsir) tak terkecuali syair-syair-nya. Beliau memiliki hafalan yang kuat, cerdas, karena untuk mempelajari itu semua, Beliau bisa melakukannya secara otodidak.

Selain mempelajari Bahasa Arab, KH. Wahid Hasyim juga mempelajari Bahasa-Bahasa lainnya. Seperti Bahasa Latin, Belanda dan Bahasa Inggris. Sampai pada usianya 15 tahun, remaja itu bisa menguasai semua yang dipelajarinya tanpa menempuh pendidikan formal maupun dasar.
Semuanya ia pelajari sendiri.

KH. Wahid Hasyim Ketika di Makkah

Saat usianya 18 tahun, KH. Wahid Hasyim pergi ke Makkah. Tujuannya adalah melakukan ibadah Haji sekaligus mempertajam ilmunya di sana. Kemampuan Bahasa Arab KH. Wahid Hasyim sangatlah bagus, dan bersama Muhammad Ilyas, mereka menuntut ilmu di sana, dan di sini Muhammad Ilyas sangat membantu KH. Wahid Hasyim. Ia sudah seperti mentor untuk KH. Wahid Hasyim sendiri.
Dan kurang lebih 2 tahun menuntut ilmu di sana, mereka kemudian pulang ke Indonesia.

Terjun di Dunia Politik

Sepulangnya dari Makkah, banyak tawaran masuk untuk meminta KH. Wahid Hasyim bergabung dengan berbagai organisasi politik saat itu. Namun tak satupun dari mereka, KH. Wahid Hasyim terima. Tak terkecuali juga Nahdlatul Ulama yang merupakan organisasi Islam terbesar saat itu.

Namun pada akhirnya setelah melewati pertimbangan yang cukup panjang, KH. Wahid Hasyim memilih Nahdlatul Ulama.
Saat ia memutuskan terjun di dunia politik ini, KH. Wahid Hasyim telah menginjak usia 24 tahun. Cita-citanya adalah menyadarkan bangsa untuk tidak mau dijajah oleh bangsa Belanda saat itu.