DI bawah gerimis

prosa, sastra

Aku cemburu pada sepi yang mendekap jari jarimu, pada risik daun yang mengusirmu sejanak dari rutinitas yang menyebalkan dan tertidurlah, terlelaplah, buatlah mimpi mimpi baru. Seperti sedah sepi yang bersekutu dengan dingin untuk menguasai segala gelisahmu

Di dalam mimpi malam itu, kamu ingin sekali dirindukan, dan selalu ingin sekali lagi dirindukan. Kamu ingin sekali lagi dia tahu bahwa di bawah gerimis yang gigil itu, matamu tengah menghangat, telingamu telah terangkat, harimu secara tak sadar terbuka lebar oleh kabar seseorang yang di rindukan

Aku cemburu pada cerita buku-buku itu. Pada larik-lari sajak yang kamu dijadikan isak tangis, juga pada drama korea yang membuatmu terpesona . Aku cemburu pada segala yang kamu baca, kamu lihat, kamu rasakan pada segala yang membuatmu berkaca kaca



Dibawah gerimis ganjil itu, kamu hanya ingin dia tahu bahwa bukan hanya gerimis yang boleh jatuh mengenang di tanah lapang, jutan bulir air menghujan pelan juga gerimis apa yang di matamu pun sama airnya. Punya kehendak yang sama. Mengalir, menganak sungai di pipi, dan berakhir di dadanya yang tengah.

Aku cemburu pada detak jam yang setiap detik mengatupkan kelopak matamu. Di setiap malam tanpa ada keslahan waktu, tidak ada kata kedewasaan lagi yang tumbuh bersama waktu, karena setiap jam nya selalu kuikuti apapun kabar yang di bawakan oleh hawa dingin itu

Malam itu, di bawah gerimis yang gigil, kamu hanya ingin sekali membawa mimpimu di dalam drama korea, sudah tak ada kabar lagi, apalagi waktu, kinikita berdua kembali diri masing-masing. Lalu, tiada cerita gerimis di tiap malam lagi.