Fakta unik Madagascar, negara yang penduduknya keturunan bangsa Indonesia
Meskipun Madagaskar terletak di daratan afrika, mengertikah Anda bahwa nenek moyang penduduk Madagaskar adalah orang Indonesia?penelitian yang diterbitkan pada 21 Maret 2012 dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B Murray Cox, seorang pakar biologi molekuler dari Universitas Massey Selandia Baru, memimpin penelitian yang menyelidiki DNA mitokondria dari bunda 2. 745 orang Indonesia, yang berasal dari dua belas kepulauan dengan 266 orang dari tiga etnis Madagaskar (Malagasi): Mikea, Vezo, dan Andriana Merina.
![]() |
penduduk Madagascar dalam penelitian merupakan keturunan bangsa Indonesia |
Penduduk Madagascar, menurut penelitian, berasal dari Indonesia. Menurut sebuah studi yang dikutip dari The Australian (21 atau 3 atau 2012), sekira 30 wanita Indonesia memimpin koloni Madagaskar pada tahun 1200-an. Beberapa pria lebih sedikit menyertai mereka.
Bahasa Madagaskar berasal dari bahasa Ma' anyan yang digunakan di wilayah ngarai Bengawan Barito di tenggara Kalimantan, dengan beberapa tambahan dari bahasa Jawa, Melayu, dan Sanskerta. Dahl sendiri mengatakan bahwa kesamaan ini tidak mengungkapkan semua rahasia bahasa Malgache atau Malagasi. Sebab, di antara komponen Malgache yang mengarah ke Celebes (Sulawesi), yang paling penting adalah suku Bajo dan Bugis, yang dikenal sebagai pelaut mahir.
KITA NENEK MOYANG MADAGASKAR
Menurut novel S. Tasrif, "Pasang mundur kerajaan merina", mereka mungkin berasal dari suku Sumatra, Jawa, Sulawesi, atau orang Indonesia Timur. Dalam hidup bersama, mereka mungkin terdiri dari suku-suku Sumatra, Jawa, Madura, Sulawesi, dan banyak orang Indonesia Timur, menurut S. Tasrif dalam Pasang Surut Kerajaan Merina. Di sana, mereka menciptakan budaya Malagasi dengan bercampur-campur. Karena populasi Madagaskar yang sangat kecil, para pendatang menjadi penguasa. Pada hari berikutnya, orang-orang baru dari Arab, Pakistan, India, dan banyak orang Prancis tiba dengan buruh Afrika hitam. “Jadilah Madagaskar suatu negara multiras,” kata Tempo pada 21 September 1991.
Raymond Kent, penulis buku Early Kingdoms in Madagascar 1500–1700, menyatakan bahwa "tentu sudah terjalin pergerakan orang dalam jumlah besar yang tiba dengan cara sukarela serta berangsur-angsur dari Indonesia pada abad-abad permulaan milenium awal." Ini sejalan dengan pendapat Tasrif. Suatu gerakan yang dalam bahasa Malagasi kuno disebut lakato, yang berarti "pelaut asli" karena mereka tidak berasal dari etnis tertentu.
Menurut Denys Lombard dalam Nusa Jawa, Moh. Nazif, yang menulis disertasi De Val van het Rijk Merina pada tahun 1928 di Sekolah Besar Hukum Batavia, adalah orang pertama yang mempelajari hubungan antara Nusantara dan Madagaskar. Sejak tahun 1920-an, beberapa orang di Indonesia menggunakan hubungan mereka dengan Madagaskar sebagai "politik kesatuan".
Sukarno, merujuk pada karya Nazif, mengatakan pada peresmian Badan Pertahanan Nasional di Istana Negeri, Jakarta, 20 Mei 1965, "... bangsa Indonesia itu merupakan sesungguhnya qua suku bangsa inter related dengan bangsa-bangsa yang berumah di Kepulauan Pasifik, Indocina, hingga Madagaskar." Dalam beberapa kesempatan, Sukarno juga sering mengatakan bahwa peran Indonesia dalam pembentukan Madagaskar adalah penting.
“Indonesia merupakan satu negara, dengan satu bangsa, dari Madagaskar sampai Filipina, dengan satu asal usul, asal usul Sriwijaya serta Majapahit...” kata Kuncoro Purbopranoto, seorang tokoh pergerakan, dalam sambutan Kongres Indonesia Muda pada awal tahun 1930, yang dikutip oleh R. E. Elson dalam The Idea of Indonesia.
Menurut Baginda Hamengku Buwono X dalam Menyirat Kembali Keinginan Tan Malaka, "Tan Malaka dahulu memikirkan area Republik Indonesia Raya merdeka itu hendak terbentang dari Pulau Madagaskar melewati semua semenanjung Melayu, kepulauan Filipina, semua Hindia Belanda, termasuk Timtim hingga ke akhir Timur Papua."
Rasa penasaran Mohammad Yamin begitu besar sehingga dia berangkat ke Madagaskar pada tahun 1957.Dalam Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, Yamin menulis, "Di Pulau Madagaskar bangsa Indonesia berdaulat mendirikan kerajaan Merina, yang dihancurkan oleh angkatan Prancis dalam tahun 1896, serta hingga pada kerajaan ini bukanlah Konstitusi yang dituliskan."
Namun, bagi Dick-Read, Merina adalah masyarakat kebanyakan di Madagaskar. Menurut Raymond Kent, kalangan Hova dan Anteimoro, yang mungkin berasal dari lapangan besar Ethiopia bagian selatan, juga merupakan masyarakat kebanyakan di Madagaskar. "Besar mungkin kalau kaum Hova merepresentasikan salah satunya faktor Indonesia asli di Madagaskar."
Bahasa menunjukkan ikatan antara Indonesia dan Madagaskar. Yamin, catatan Lombard, senang mencari pertemuan antara bahasa Indonesia dan Malagasi. Yamin mengatakan, "Kerajaan Indonesia di Madagaskar yang sekarang menjadi museum namanya Rua. Percakapan Indonesianya adalah "ruang", auditorium.""Ilustrasi tambahan" mengacu pada angka 2, 3, 4, 5. Disebutkan dalam bahasa Malagasi sebagai rua, telu, efat, dan limi. Pada 21 September 1991, Tempo menulis, "Ini mendekati perkataan bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, dan Bali." Kemudian tutur anak, mati, padi, dan dinding. Anaka, maty, pary, dan tambuk adalah istilah dalam bahasa Malagasi. Selain itu, Dick Read menyatakan bahwa "tenko serta baratang, dalam bahasa Makassar buat cadik serta pilar atau tongkat panjang cadik; dalam bahasa Malagasi diucap tengo serta baratengo."
Pada akhir abad ke-13, Marcopolo melabeli Madagaskar. Ini ditulisnya dalam Magaskar. Ia sama sekali tidak mengunjungi pulau itu. Para dagang Arab memberikan gambaran tentang pulau itu. Oleh karena itu, Dick-Read menganggap bahwa ia salah mengatakan bahwa pulau itu subur karena memiliki banyak gajah dan singa, dan daging unta adalah makanan utama penduduknya.
Dick-Read percaya bahwa orang madagaskar berasal dari nenek moyang Indonesia karena kata "Bajun", sebutan setempat untuk orang di atas perahu, serupa dengan Bajoo dan Manda, pulau di Afrika Timur.
Join the conversation