Membedah Misteri Perkembangan Sejarah di Nusantara Pra-Masehi yang Terlupakan

 


Selamat datang kembali di Catatan Sejarah. Semoga hidup anda penuh berkat, sehat, sukses, dan bahagia selalu. Pada tulisan kali ini, kami akan menyajikan sejarah singkat kerajaan-kerajaan purba di Nusantara, yakni kerajaan-kerajaan yang muncul sejak abad sebelum Masehi hingga abad ke-5 Masehi. Dalam menyimak sejarah masing-masing kerajaan, seringkali terdapat keterhubungan antara satu kerajaan dengan kerajaan lainnya, meskipun berada di pulau yang berbeda. Perubahan kerajaan dapat terjadi melalui meneruskan keturunan penguasa sebelumnya atau melalui penaklukan.

Situs Gunung Padang dan Usia Peradabannya

Mari kita mulai dengan mengeksplorasi Situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat. Situs ini membuktikan bahwa Nusantara memiliki peradaban yang sangat tua, bahkan sebanding dengan peradaban Maya, Mesopotamia, dan Mesir yang dianggap sebagai pusat-pusat peradaban kuno. Penelitian awal tentang situs ini dilakukan oleh seorang biolog Belanda, Roger Marriott Verbeek, pada tahun 1891, dan sejarawan Belanda, Johannes Krom, pada tahun 1914. Namun, penelitian lebih mendalam terhadap situs ini baru dimulai lagi pada tahun 1979 dan masih berlanjut hingga saat ini. Situs Gunung Padang adalah peninggalan peradaban megalitikum terbesar di Asia Tenggara, mencerminkan peradaban zaman batu yang mengagumkan.

Kesinambungan Peradaban dan Organisasi Sosial: Pembangunan Situs Gunung Padang memerlukan waktu yang lama dan tenaga manusia yang banyak. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu sudah ada sistem pengorganisasian massa dan mungkin bahkan bentuk pemerintahan yang mampu mengatur banyak orang secara berkelanjutan. Namun, bentuk pengorganisasian tersebut masih belum sepenuhnya terungkap. Uji dating sampel material dari situs ini menunjukkan bahwa peradaban di sana berasal dari rentang waktu antara 25.000 tahun sebelum Masehi hingga 139 Masehi. Ini menunjukkan bahwa Nusantara memiliki peradaban yang sangat kuno, bahkan lebih tua daripada piramida Giza di Mesir.

Misteri Situs Gunung Padang: Meskipun telah banyak penelitian, masih banyak misteri yang menyelimuti Situs Gunung Padang. Bentuknya yang menyerupai piramid sejauh ini dianggap sebagai kamuflase untuk menyembunyikan bangunan inti yang diduga tersembunyi di dalam bukit tersebut. Para ahli menduga bangunan tersebut bisa berupa tempat pemujaan keagamaan atau bahkan istana kerajaan pada masa lampau. Meskipun masih banyak dugaan yang perlu dibuktikan, Situs Gunung Padang tetap menjadi bukti bahwa peradaban di Nusantara telah ada sejak ratusan bahkan ribuan tahun sebelum Masehi.

Peninggalan Kerajaan Nan Sarunai dan Agama Kaharingan

Sekarang, mari kita beralih ke Pulau Kalimantan, tepatnya di Kalimantan Selatan. Sebuah studi dengan pengujian pada sampel material di Agung Amuntai telah mengungkapkan usia kerajaan Nan Sarunai. Hasil pengujian ini menunjukkan kisaran angka tahun 242 hingga 226 sebelum Masehi. Agung Amuntai adalah situs peninggalan dari Kerajaan Nan Sarunai. Spekulasi muncul bahwa Nan Sarunai adalah kerajaan tertua di Nusantara. Legenda Raja Bunuh, seorang leluhur suku Dayak, sering dihubungkan dengan keberadaan kerajaan ini. Legenda ini tercatat dalam kitab suci agama Kaharingan, agama asli suku Dayak di Kalimantan. Legenda ini menjelaskan bahwa Raja Buluh, leluhur suku Dayak, bukanlah penguasa kerajaan, tetapi leluhur bangsa Dayak. Namun, kisah ini masih perlu bukti lebih lanjut.

Peralihan dari Pemerintahan Tradisional ke Kerajaan: Hasil uji usia sampel material tidak secara langsung mengungkap usia bangunan atau peradaban yang membangunnya. Namun, dugaan lain menyebutkan bahwa sebelum menjadi kerajaan, Nan Sarunai telah menjadi bentuk pemerintahan tradisional dari suku Dayak Maanyan. Pemerintahan tradisional ini hanya mengatur kehidupan internal suku yang dipimpin oleh seorang kepala suku. Perubahan dari pemerintahan suku menjadi kerajaan diduga terjadi setelah komunitas ini terpengaruh oleh peradaban dari luar, terutama setelah interaksi intensif dengan suku Melayu dari Sumatera.

Kerajaan Kandis, Haurkuning, dan Koto Alang

Di Pulau Sumatera, terdapat Kerajaan Kandis yang diyakini telah ada pada akhir era sebelum Masehi hingga awal Masehi. Meskipun minimnya bukti, ada klaim tentang keberadaan kerajaan ini dalam kitab Nagarakertagama. Nagarakertagama mencatat keberadaan kerajaan purba ini semestinya eksistensinya masih ada pada masa Majapahit kalaupun tidak begitu setidaknya Nagarakertagama mengkonfirmasi bahwa karajaan Kandid memang pernah ada berdasarkan legenda yang terdapat pada  Koto Lubukj Ambi Gajah tunggal istana kerajaan Kandis dibangun di atas sebuah bukit yang bernama bukit bakau istana itu diberi nama istana dhamna pusat pemerintahan kerajaan ini berada di rantau kuantan provinsi Riau saat ini namun sisa-sisa istananya hingga kini masih belum ditemukan, terdapat sebuah bukit berbentuk piramid di wilayah sekitar bekas kerajaan ini membuka spekulasi bahwa istana itu ia mungkin telah tertimbun bukit.

Pada masa raja Datuk Rajo Tunggal dikenal sebagai penghasil emas dan intan penambangan emas dan intan dikendalikan dan dikuasai oleh sang raja bekas penambangan yang diyakini berasal dari era kerajaan itu masih bisa dijumpai hingga kini tempat itu disebut tambang kita sebab pertambangan tersebut dibuat atas titah raja. Kerajaan Kandis dihubungkan dengan penghasilan emas dan intan. Naskah-naskah tersebut juga menggambarkan kerajaan ini sebagai asal-usul bagi kerajaan Haurkuning dan Koto Alang. Kerajaan Kandis ini diyakini berperan dalam perdagangan perak dan emas. 

Kerajaan Salakanagara di Jawa Barat

Di Jawa Barat, pada awal Masehi, berdiri Kerajaan Salakanagara di wilayah Pandeglang, Banten. Artefak yang diduga peninggalan kerajaan ini, seperti menhir, ditemukan di situs yang diduga sebagai pusat kerajaan Salakanagara. Naskah Wangsakerta mengisahkan bahwa sejarah kerajaan ini bermula ketika dewawarman bersama pengikut-pengikutnya tiba di sebuah kampung di kawasan yang sekarang dikenal dengan nama Teluklada yang berada di Pandeglang Banten, saat ini kampung Teluklada ketika itu dipimpin oleh seorang yang bernama Aki Tirem Dewawarman bersama pengikutnya menetap di kampung itu Dewawarman kemudian menikahi putri Aki Tirem yang bernama dewi Pohaci Larasati.

Setelah menikahi putri kepala kampung dewawarman kemudian mendirikan kerajaan di tempat itu kerajaannya itu diberi nama Salaka Nagara pada tahun 130M. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Salakanagara dikenal sebagai penghasil perak. sementara itu adik pertama dewawarman yang bernama Bahadurah Hari Ghana mendirikan kerajaan Ujung Kulon sedangkan adik keduanya yang bernama Sweta Liman Sakti mendirikan kerajaan Tanjung Kidul. Kerajaan Ujung Kulon dan kerajaan Tanjung Kidul menjadi bawahan Salakanegara.

kerajaan salakanegara terkenal sebagai penghasil perak diduga kerajaan inilah yang disebut oleh claudius ptolomeus dengan argir claudius ptolomeus adalah seorang ahli geografi dari Mesir pada masa ke kaisaran Romawi di dalam bukunya yang berjudul geografia yang diterbitkan tahun 150M. Ptolomeus menyebutkan sebuah negeri penghasil perak yang termasuk negeri itu bernama argir terletak di dunia timur yang jauh di sebuah pulau yang bernama Labodia mungkin yang dimaksudkan adalah Jawadwipa sebutan untuk pulau jawa kala itu.

Kerajaan Koying di Sumatera

        Kerajaan Koying juga hadir di Pulau Sumatera dan disebut dalam kronik masa Dinasti Wu dari tahun 222 hingga 280 Masehi. kerajaan koying antara hai menurut ensiklopedi tumtim dari tahun 375 masehi penduduk kerajaan Koying berkulit gelap giginya putih matanya merah dan baik laki-laki maupun perempuan tidak mengenakan pakaian berdasarkan analisis terhadap sumber-sumber dari tiongkok para ahli mempercayai bahwa kerajaan ini berada di alam gunung Kerinci. Nama kerajaan Koying kemungkinan sebenarnya adalah kerajaan kerinci hanya saja para pedagang yang melaporkan tidak dapat menyebutkan dengan tepat sehingga yang terdapat adalah koying. Meskipun banyak catatan tentang kerajaan ini belum pasti, beberapa ahli berpendapat bahwa ini mungkin mengacu pada Kerajaan Kerinci yang menghasilkan mutiara, perak, batu giok, dan kristal.

Kerajaan Kendali atau Kantoli:

Kembali ke Pulau Kalimantan, setelah Kerajaan Nan Sarunai, Kerajaan Kendali atau Kantoli muncul. Keberadaannya dapat dilacak dari tahun 375 Masehi. Para ahli percaya bahwa ini adalah Kerajaan Kerinci yang disebut-sebut dalam sumber Tiongkok. Kerajaan Kendali atau Kantoli terkenal menghasilkan perak, mutiara, batu kristal, dan batu giok.

Dalam rentang waktu yang luas, Nusantara menyaksikan munculnya berbagai kerajaan dan peradaban yang memberikan warna pada sejarah bangsa ini. Dari situs megalitikum hingga kerajaan-kerajaan di berbagai pulau, kita bisa melihat perjalanan panjang peradaban dan pola hubungan antara kerajaan yang satu dengan yang lainnya. Meskipun banyak misteri dan tanda tanya, penelitian terus berlanjut untuk mengungkap lebih banyak tentang peradaban-peradaban purba ini.