Membedah Misteri Perkembangan Sejarah di Nusantara Pra-Masehi yang Terlupakan
Selamat datang kembali di Catatan Sejarah. Semoga hidup anda penuh berkat, sehat, sukses, dan
bahagia selalu. Pada tulisan kali ini, kami akan menyajikan sejarah
singkat kerajaan-kerajaan purba di Nusantara, yakni kerajaan-kerajaan yang
muncul sejak abad sebelum Masehi hingga abad ke-5 Masehi. Dalam menyimak
sejarah masing-masing kerajaan, seringkali terdapat keterhubungan antara satu
kerajaan dengan kerajaan lainnya, meskipun berada di pulau yang berbeda.
Perubahan kerajaan dapat terjadi melalui meneruskan keturunan penguasa
sebelumnya atau melalui penaklukan.
Situs Gunung Padang dan Usia Peradabannya
Kesinambungan Peradaban dan Organisasi
Sosial: Pembangunan Situs Gunung Padang memerlukan waktu yang lama dan tenaga
manusia yang banyak. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu sudah ada sistem
pengorganisasian massa dan mungkin bahkan bentuk pemerintahan yang mampu
mengatur banyak orang secara berkelanjutan. Namun, bentuk pengorganisasian
tersebut masih belum sepenuhnya terungkap. Uji dating sampel material dari
situs ini menunjukkan bahwa peradaban di sana berasal dari rentang waktu antara
25.000 tahun sebelum Masehi hingga 139 Masehi. Ini menunjukkan bahwa Nusantara
memiliki peradaban yang sangat kuno, bahkan lebih tua daripada piramida Giza di
Mesir.
Misteri Situs Gunung Padang: Meskipun telah
banyak penelitian, masih banyak misteri yang menyelimuti Situs Gunung Padang.
Bentuknya yang menyerupai piramid sejauh ini dianggap sebagai kamuflase untuk
menyembunyikan bangunan inti yang diduga tersembunyi di dalam bukit tersebut.
Para ahli menduga bangunan tersebut bisa berupa tempat pemujaan keagamaan atau
bahkan istana kerajaan pada masa lampau. Meskipun masih banyak dugaan yang
perlu dibuktikan, Situs Gunung Padang tetap menjadi bukti bahwa peradaban di
Nusantara telah ada sejak ratusan bahkan ribuan tahun sebelum Masehi.
Peninggalan Kerajaan Nan Sarunai dan
Agama Kaharingan
Sekarang, mari kita beralih ke Pulau Kalimantan, tepatnya di
Kalimantan Selatan. Sebuah studi dengan pengujian pada sampel material di Agung
Amuntai telah mengungkapkan usia kerajaan Nan Sarunai. Hasil pengujian ini
menunjukkan kisaran angka tahun 242 hingga 226 sebelum Masehi. Agung Amuntai
adalah situs peninggalan dari Kerajaan Nan Sarunai. Spekulasi muncul bahwa Nan
Sarunai adalah kerajaan tertua di Nusantara. Legenda Raja Bunuh, seorang
leluhur suku Dayak, sering dihubungkan dengan keberadaan kerajaan ini. Legenda
ini tercatat dalam kitab suci agama Kaharingan, agama asli suku Dayak di
Kalimantan. Legenda ini menjelaskan bahwa Raja Buluh, leluhur suku Dayak,
bukanlah penguasa kerajaan, tetapi leluhur bangsa Dayak. Namun, kisah ini masih
perlu bukti lebih lanjut.
Peralihan dari Pemerintahan Tradisional ke Kerajaan: Hasil uji usia
sampel material tidak secara langsung mengungkap usia bangunan atau peradaban
yang membangunnya. Namun, dugaan lain menyebutkan bahwa sebelum menjadi
kerajaan, Nan Sarunai telah menjadi bentuk pemerintahan tradisional dari suku
Dayak Maanyan. Pemerintahan tradisional ini hanya mengatur kehidupan internal
suku yang dipimpin oleh seorang kepala suku. Perubahan dari pemerintahan suku
menjadi kerajaan diduga terjadi setelah komunitas ini terpengaruh oleh
peradaban dari luar, terutama setelah interaksi intensif dengan suku Melayu
dari Sumatera.
Kerajaan Kandis, Haurkuning, dan
Koto Alang
Di Pulau Sumatera, terdapat Kerajaan Kandis yang diyakini telah ada
pada akhir era sebelum Masehi hingga awal Masehi. Meskipun minimnya bukti, ada
klaim tentang keberadaan kerajaan ini dalam kitab Nagarakertagama. Nagarakertagama
mencatat keberadaan kerajaan purba ini semestinya eksistensinya masih ada pada
masa Majapahit kalaupun tidak begitu setidaknya Nagarakertagama mengkonfirmasi
bahwa karajaan Kandid memang pernah ada berdasarkan legenda yang terdapat pada Koto Lubukj Ambi Gajah tunggal istana kerajaan
Kandis dibangun di atas sebuah bukit yang bernama bukit bakau istana itu diberi
nama istana dhamna pusat pemerintahan kerajaan ini berada di rantau kuantan
provinsi Riau saat ini namun sisa-sisa istananya hingga kini masih belum
ditemukan, terdapat sebuah bukit berbentuk piramid di wilayah sekitar bekas
kerajaan ini membuka spekulasi bahwa istana itu ia mungkin telah tertimbun
bukit.
Pada masa raja Datuk Rajo Tunggal dikenal sebagai penghasil emas dan intan penambangan emas dan intan dikendalikan dan dikuasai oleh sang raja bekas penambangan yang diyakini berasal dari era kerajaan itu masih bisa dijumpai hingga kini tempat itu disebut tambang kita sebab pertambangan tersebut dibuat atas titah raja. Kerajaan Kandis dihubungkan dengan penghasilan emas dan intan. Naskah-naskah tersebut juga menggambarkan kerajaan ini sebagai asal-usul bagi kerajaan Haurkuning dan Koto Alang. Kerajaan Kandis ini diyakini berperan dalam perdagangan perak dan emas.
Kerajaan Salakanagara di Jawa Barat
Di Jawa Barat, pada awal Masehi, berdiri Kerajaan Salakanagara di wilayah Pandeglang, Banten. Artefak yang diduga peninggalan kerajaan ini, seperti menhir, ditemukan di situs yang diduga sebagai pusat kerajaan Salakanagara. Naskah Wangsakerta mengisahkan bahwa sejarah kerajaan ini bermula ketika dewawarman bersama pengikut-pengikutnya tiba di sebuah kampung di kawasan yang sekarang dikenal dengan nama Teluklada yang berada di Pandeglang Banten, saat ini kampung Teluklada ketika itu dipimpin oleh seorang yang bernama Aki Tirem Dewawarman bersama pengikutnya menetap di kampung itu Dewawarman kemudian menikahi putri Aki Tirem yang bernama dewi Pohaci Larasati.
Setelah menikahi putri kepala kampung dewawarman kemudian
mendirikan kerajaan di tempat itu kerajaannya itu diberi nama Salaka Nagara pada
tahun 130M. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Salakanagara dikenal sebagai
penghasil perak. sementara itu adik pertama dewawarman yang bernama Bahadurah
Hari Ghana mendirikan kerajaan Ujung Kulon sedangkan adik keduanya yang bernama
Sweta Liman Sakti mendirikan kerajaan Tanjung Kidul. Kerajaan Ujung Kulon dan
kerajaan Tanjung Kidul menjadi bawahan Salakanegara.
kerajaan salakanegara terkenal sebagai penghasil perak diduga
kerajaan inilah yang disebut oleh claudius ptolomeus dengan argir claudius
ptolomeus adalah seorang ahli geografi dari Mesir pada masa ke kaisaran Romawi
di dalam bukunya yang berjudul geografia yang diterbitkan tahun 150M. Ptolomeus
menyebutkan sebuah negeri penghasil perak yang termasuk negeri itu bernama
argir terletak di dunia timur yang jauh di sebuah pulau yang bernama Labodia mungkin
yang dimaksudkan adalah Jawadwipa sebutan untuk pulau jawa kala itu.
Kerajaan Koying di Sumatera
Kerajaan Kendali atau Kantoli:
Kembali ke Pulau Kalimantan, setelah Kerajaan Nan Sarunai, Kerajaan
Kendali atau Kantoli muncul. Keberadaannya dapat dilacak dari tahun 375 Masehi.
Para ahli percaya bahwa ini adalah Kerajaan Kerinci yang disebut-sebut dalam
sumber Tiongkok. Kerajaan Kendali atau Kantoli terkenal menghasilkan perak,
mutiara, batu kristal, dan batu giok.
Dalam rentang waktu yang luas, Nusantara menyaksikan munculnya
berbagai kerajaan dan peradaban yang memberikan warna pada sejarah bangsa ini.
Dari situs megalitikum hingga kerajaan-kerajaan di berbagai pulau, kita bisa
melihat perjalanan panjang peradaban dan pola hubungan antara kerajaan yang
satu dengan yang lainnya. Meskipun banyak misteri dan tanda tanya, penelitian
terus berlanjut untuk mengungkap lebih banyak tentang peradaban-peradaban purba
ini.
1 comment